Langsung ke konten utama

Qurban atau Korban?

Idul Adha atau Idul Qurban adalah saat dimana umat Islam melaksanakan penyembelihan hewan qurban. Kambing, sapi, unta, domba, kerbau adalah hewan yang banyak disembelih sebagai hewan qurban.



Kata "qurban" menurut ilmu bahasa berarti "dekat". Hewan qurban disembelih adalah sebagai media pendekatan diri kepada ALLAH. Inilah intinya dari pelaksanaan penyembelihan hewan qurban. Mulai dari membeli hewan qurban, menyembelihnya, dan membagi-bagikan dagingnya ke orang-orang banyak, seharusnya selalu dalam lingkup proses pendekatan diri kepada Allah.


  • Awali dengan mensucikan niat dari segala hal kecuali memperoleh ridho Allah semata.
  • Lalu saat membeli hewan qurban, selalu tekankan dalam hati bahwa uang untuk membeli itu adalah semata rizqi pemberian Allah, kemampuan memperoleh uang dan kemampuan untuk mengeluarkan uang juga semata kemampuan yang Allah berikan.
  • Kemudian saat proses penyembelihan, bersyukurlah bahwa Allah masih memberikan nikmat kepada kita sehingga Allah masih memberikan waktu agar dapat melaksanakan penyembelihan hewan qurban.
  • Dan saat pembagian daging qurban, betapa beruntung dan bersyukurnya mendapat rizqi berupa amanah yang menjadikan kita sebagai media Allah menyalurkankan rizqi-Nya kepada fakir miskin atau orang lain.
  • Terakhir, Tertib. Ya iyalah masa' menyembelih duluan, baru beli hewannya. Apaan yang disembelih....:))

Hal itulah yang akan menerbitkan rasa taqwa kepada Allah. Semuanya berlandaskan hanya atas izin Allah lah segalanya terjadi. Ketaqwaan inilah yang akan menjadikan pelaksanaan penyembelihan ini bernilai ibadah. Ketaqwaan lah yang akan membawa semuanya itu menuju ridho Allah.

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
(Al Hajj 22 :Ayat 37)

Kemampuan seseorang untuk melaksanakan penyembelihan hewan qurban, merupakan nikmat pemberian Allah. Kemampuan ini bukan semata-mata karena kemampuan finansial atau keuangan, tetapi lebih tergantung kepada hidayah yang Allah limpahkan bagi orang itu. 

Oleh sebab itu, tidak sedikit orang yang mampu secara keuangan, tetapi tidak mampu untuk melaksanakan penyembelihan hewan qurban. Sebaliknya banyak orang secara finansial termasuk orang miskin, tetapi pada saat hari raya Qurban, mereka menjadi yang terdepan dalam melaksanakan ibadah ini.

Bersyukurlah bagi orang yang Allah beri kemampuan untuk melaksanakan penyembelihan hewan qurban.

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mempunyai kemudahan untuk berqurban, namun ia belum berqurban, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami." 
Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah.


Sebagian orang yang tidak memahami hakikat dari qurban ini, hanya merasa telah menyembelih hewan saja. Tidak sampai hatinya menuju qurban. Qurban hanya ikut-ikutan saja. Bahkan qurban hanya sebagai ajang riya' agar disebut mampu.

Orang seperti inilah yang merasa qurban hanya sebatas rasa berkorban. Ia merasa telah mengorbankan sebagian hartanya untuk membeli hewan qurban dan menyembelihnya. Ia merasa telah berkorban, karena hewan sembelihannya dibagi-bagikan kepada orang lain atau fakir miskin. Ia merasa puas telah berkorban untuk bisa memberi kepada orang lain.

Makanya tidaklah mengherankan bila ia merasa bahwa hewan yang ia korbankan adalah hewan miliknya. Karena ia telah mengeluarkan uangnya untuk membeli hewan tersebut. Sehingga tidak heran pula bila ia menuntut bagian daging miliknya, dan akan marah bila tidak diberi.

Dengan kata lain, bila hanya ingin makan daging kambing/ sapi, sebaiknya ga usah qurban. Beli kambing/ sapi, potong, silakan makan dengan puas. Ga usah pakai kedok "berqurban", kalau ujung-ujungnya masih "ngiler" sama daging qurban.

Wallahu a'lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafakur Liar Seorang Pensyi'ar

Setiap orang mempunyai tujuan terhadap apa yang dilakukannya. Ia selalu berharap apa yang dilakukannya dapat menuai hasil. Begitupun sebagai seorang manusia yang percaya kepada fana-nya kehidupan dunia, maka ia akan berbuat untuk mendapatkan hasil untuk kekalnya hidup di akhirat. Termasuk di dalamnya kehidupan seorang pensyi’ar ilmu Allah. Ia berharap ilmu yang disyi’arkannya menjadi pendulang amal ibadah baginya sebagai bekal kehidupan akhirat. Hal itu akan terwujud selama orang-orang yang telah menerima syi’ar ilmu itu, memahami dan melaksanakan apa-apa yang telah disampaikan dalam ilmu itu. Untuk itu perlu ketaatan dalam pelaksanaannya dikarenakan untuk menggapai kefahaman diperlukan proses. Agar proses itu berjalan, maka seorang pensyi’ar harus mengolah taktik dan strategi syi’arnya dalam bentuk program-program yang terencana agar ilmu yang disyi’arkannya tersampaikan dengan utuh. Hal yang sangat berbahaya bila ilmu yang disampaikan tidak difahami dengan utuh, yaitu berupa...

Memperlihatkan Dalam Beribadah

Ibadah sudah seharusnya diperlihatkan, dipertontonkan, dan dipertunjukkan. Sehingga dapat dipastikan bahwa kita sedang ibadah.Dengan ditunjukkannya ibadah kita, maka akan menaikkan kualitas dari nilai ibadah tersebut. Sudah saatnya bagi kita semua untuk memperlihatkan dan menunjukkan pelaksanaan ibadah agar disebut orang yang taat dan bertaqwa. Dimulai dari akan beribadah, sudah harus diniatkan untuk memperlihatkannya. Pada saat melakukannya, berusahalah apa yang kita lakukan dilihat. Lakukan secermat-cermatnya hingga semua proses ibadah itu diperhatikan. Setelah selesai, nyatakan sekuat-kuatnya bahwa kita selesai beribadah. Perlihatkan ibadah kita....... ....... Perlihatkanlah kepada ALLAH SWT. Hanya kepada ALLAH. Berusahalah untuk menunjukkan, memperlihatkan, mempertontonkan ibadah kita kepada ALLAH. Tunjukkan yang terbaik yang bisa kita lakukan pada saat beribadah. Tunjukkan bahwa tidak ada aktifitas lain yang kita lakukan, tidak ada tujuan yang kita maksudkan, tiada keinginan lain ...

HADITS 36 – JANGAN MEMPERSULIT URUSAN ORANG LAIN

Hadits Arba'in An Nawawi Terjemah hadits : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya diantara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan di...