Langsung ke konten utama

Nge-Blog itu..... Gimana ya???

Mau curhat di internet buat dibaca sendiri di internet. Ceritanya mau keluh kesah soal ngisi blog ini. Tapi kan ga boleh keluh kesah. Jadinya berkisah aja deh... (Huuuuhhh... belibet amat, bilang aja curhat kayak di awal kalimat, ga usah muter-muter)

Ya udah dah. Nih baca ya curhatan saya... Eng.... Ing.... Eeeeeennngggg......

Bikin tulisan di blog ini tuh buat saya ga gampang. Sering banget ga punya ide. Seret. Sekalinya ada, ga bisa ngembanginnya. Atau idenya loncat-loncat.

Susah banget nemuin ide. Dicari-cari juga, seringnya ga nemu. Sampe pala botak sariawan, masih aja ga dapat ide. Dibayang-bayangin, dikhayalin, dibengongin, dipelototin, tetap aja kosong.

Nyari ide di jalan, di rumah, di kantor, bahkan sampai ke (maaf) WC. Mau nulis apa, nulisnya bagaimana, temanya apa, isinya apa, soal tentang apa, semuanya campur aduk ga jelas.

Saking kosongnya ide, mata cuma keliatan melotot tapi ga tau apa yang dipelototin.

Pas ada ide, bingung ngembanginnya. Ngebangun tulisannya harus bagaimana. Mulainya darimana. Dasar tulisannya seperti apa. "The End" nya gimana. Repot.

Biar ga repot, sebenernya sih ga usah nulis ya. Gitu aja repot.....

Masalahnya, pas baca tulisan sendiri ada di internet tuh, asyik aja. Apalagi ada orang lain juga baca. Ditambah lagi orang itu nulis komen (baik). Kayak terbang aja senengnya.... Makanya pengen aja tuh bikin tulisan.

Awal nulis tahun 2009. 11 tahun sudah. Tapi kualitas tulisannya masih begitu-begitu aja. Malah makin hancur, kayaknya. Ga "wah" kayak penulis sungguhan. Tersusun rapi, baik kata-katanya maupun isi ceritanya. Pengennya sih gitu, tapi ga bisa-bisa.

Sebenernya juga pernah kosong buat ngisi tulisan di blog ini. Kayak tahun 2019 kemarin aja kosong sama sekali. Memang ga punya ide. Juga memang lagi ga semangat nulis. Ga kepengen juga sih. Sampai ga inget kalau masih punya blog.

Yang paling sebelnya dari bikin tulisan tuh adalah bikin judul. Sudah ketemu ide, judulnya harus apa. Sudah ditulis judul, berasa ga klop. Ganti. Malah lebih kacau. Akhirnya ga pakai judul dulu. Begitu ga dikasih judul, bingung pas mau ngedit selanjutnya di lain hari...

Trus... yang bikin tambah sebelnya lagi... Lagi semangat-semangatnya nulis. Ide ngalir deras. Sudah banyak yang ditulis, malah melenceng dari ide awal. Mau dihapus, sudah banyak tulisannya. Kalau dibiarin, pas dibaca lagi koq ngawur kesana kemari. Serba salah.

Parahnya lagi, tulisan sama ide sama judul, ga nyambung semuanya. Hancur total. Porak poranda. Kayak sebuah kota dihantam tsunami.

Btw... pasti tau kan kalau kata tsunami itu dari bahasa Jepang. Tapi tau ga arti dari tsunami. Bukan gelombang besar atau gelombang laut pasang. Menurut Wikipedia, Tsunami berasal dari 2 kata, yaitu "Tsu" (pelabuhan) dan "Nami" (gelombang). Jadinya, pelabuhan gelombang? Atau gelombang pelabuhan? Terserah deh..

Lebih enaknya sih "gelombang besar pelabuhan", atau "gelombang besar menghantam pelabuhan", atau "gelombang besar di (ke?) pelabuhan". Tapi kan yang dihantam oleh gelombang laut bukan pelabuhan aja, banyak lagi... 

Yang jelas laut ke darat dipisahkan oleh yang namanya pantai. Biar ga diskriminasi cuma pelabuhan doang yang disebut, makanya ganti artinya yang lebih mencakup semuanya. "Gelombang besar menghantam pantai". 

Tapi ga pas sama bahasa Jepangnya. Bahasa Jepang "pantai" adalah "bichi". Masa' iya diganti namanya jadi "bichinami"?

Kalau pantai, ngebayanginnya daratan landai, pasir putih, banyak orang rekreasi, berenang, banyak orang bermain, berjemur, tenda-tenda, pohon kelapa, motel, hotel. 

Kalau pelabuhan yang dibayanginnya, jembatan kayu menjorok dari daratan ke lautan, banyak perahu, kapal laut, bongkar muat peti kemas, naik turun penumpang, nelayan pergi dan pulang.

Jadi sebenarnya kata "pantai" atau "pelabuhan" yang cocok buat arti dari "tsunami"? Atau ada kata lain yang lebih cocok?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Nabi Ibrahim

Menurut keterangan Al Baghawy bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membaca doa ini saat membangun kembali Ka'bah -----

Pengalaman Mengobati Hipertiroid

(Pengalaman seorang ibu penderita hipertiroid)     Saya adalah seorang penderita sakit hipertiroid. Tanda-tanda seseorang menderita hipertiroid memang berbeda-beda, sedangkan yang pernah dialami oleh saya diantaranya: mata membesar, tangan tremor (bergetar), terasa ada benjolan di tenggorokan bila sedang menelan air ludah. Ada benjolan yang cukup besar di ketiak. Menurut beberapa informasi bahwa seseorang penderita hipertiroid tidak disarankan untuk hamil, karena hipertiroidnya akan lebih terpacu menjadi semakin parah. Dan inilah yang terjadi pada diri saya, sementara saya baru mengetahui bahwa saya mengidap hipertiroid ini pada saat usia kandungan 7 bulan. Ditambah lagi terjadi exclamsia saat kandungan berusia 8 bulan. Bersyukurnya saya dapat melahirkan secara normal, yang sebelumnya diperkirakan oleh dokter harus cesar. Setelah melahirkan, saya masih harus menjalani perawatan intensif disertai harus menelan berbagai macam obat, yang salah satunya adalah PTU. Obat PTU ini adalah

TAFAKUR FI KHOLQILLAH

By : Eman “Bertafakurlah tentang ciptaan ALLAH, jangan bertafakur tentang Dzat ALLAH.” Pernyataan diatas merupakan rambu-rambu bagi siapa saja yang ingin melangkah pada tahap bertafakur. Bertafakur merupakan salah satu proses bagi seorang manusia untuk mencapai tingkat muqorobah. Tiada seorang pun yang dapat mencapai pentafakuran atas Dzat ALLAH. Itu sudah harga mati, tidak dapat diganggu gugat. Yang bisa dilakukan oleh orang tersebut adalah bertafakur atas ciptaan ALLAH yang terhampar di depan matanya, bahkan pada dirinya sendiri. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur-an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (AQ - 41:53) ALLAH telah memperlihatkan pada manusia hamparan kekuasaan-NYA, yang dengannya manusia dapat memahami bahwa ALLAH MAHA KUASA dan manusia amatlah lemah, tak berdaya, dan tiada ku