Langsung ke konten utama

Tipuan Bagi Orang Yang Berdosa

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


اِنَّ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِا لْاٰ خِرَةِ زَيَّـنَّا لَهُمْ اَعْمَا لَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُوْنَ ۗ 


"Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan."
(QS. An-Naml 27: Ayat 4)

Seringkali terlintas dalam hati dan fikiran orang yang tidak beruntung dalam hal kekayaan dunia dan ditambah lemah dalam iman, betapa beruntungnya kehidupan orang yang bergelimang harta benda, betapa bahagianya orang-orang yang kaya raya, betapa sempurnanya kehidupan yang berkecukupan. Sebagaimana saat orang-orang melihat kekayaan Qorun :



"Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dengan kemegahannya. Orang-orang yang menginginkan kehidupan dunia berkata, Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 79)


Bertebarannya media sosial saat ini pun menjadi media bagi sebagian orang untuk pamer harta, kekayaan, kebahagiaan, kegembiraan. Foto-foto mereka upload ke dalam akun medsos, dengan niatan agar bisa terlihat oleh orang lain. Liburan di pulau, makan di restoran terkenal, bermalam di hotel bintang lima, berkendara dengan mobil mewah, berlayar dengan perahu pribadi, ke luar negeri dengan pesawat pribadi, mengenakan pakaian mahal, aksesoris dan perhiasan merk-merk terkenal. Semua dipampang dalam foto-foto yang membuat sebagian orang yang kurang imannya menjadi iri.

Hal-hal yang bersifat ibadah pun tak luput dari ajang pamer mereka. Difotonya segala kegiatan ibadah, dan disebar olehnya melalui semua akun medsos miliknya. Sholat, baca Al Qur-an, membayar dzakat, memberi shodaqoh kepada orang yang tidak mampu, memberi makan orang lain, menghadiri majlis ta'lim dan pengajian, mengikuti pembacaan sholawat, mendengarkan kajian online di HP, laptop, atau komputernya, belajar ngaji, semuanya difotonya dan dibuatkan videonya. Lalu di'upload'nya di akun medsosnya.

Mereka berdalih bahwa apa yang mereka lakukan sekedar mengajak orang lain agar juga mengikuti melakukan kebaikan yang mereka lakukan itu. Mereka membela diri bahwa mereka menularkan kebaikan agar ditiru oleh orang lain juga.

Sholat berjama'ah dibelakang imam, difotonya. Berdzakat, difotonya. Bershodaqoh, difotonya. Baca Al Qur-an, divideokannya. Memberi makanan kepada orang lain, dibuatnya video kegiatan itu. Yang terpenting wajahnya terpampang saat melakukan kegiatan itu.

Apabila diingatkan bahwa apa yang dilakukannya itu perbuatan yang buruk, amalan yang sia-sia. Mereka meradang, seraya mengatakan "dasar orang iri hati', "dengki", "kalau tidak mampu, jangan iri", "kayak yang paling benar aja", "sok tau", "ustadz aja ga melarang".

Kemudian berbondong-bondonglah followernya ikut-ikutan menghujat orang telah mengingatkannya. Para follower ini tidak rela bila 'ikutannya' di"ceramahi' orang lain. Para follower ini menganggap dia orang yang sempurna tanpa cacat sedikitpun. Seorang teladan yang selalu berbuat benar. Bahkan followernya menganggap dia bagaikan dewa, dan menjadikannya sesembahan yang wajib dilindungi kesuciannya.

"Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih."
(QS. Luqman 31: Ayat 7)


Memang benar bahwa berbuat baik bisa dengan diam-diam atau terang-terangan. Maksud dari terang-terangan disini pun hanya terbatas diketahui atau terlihat oleh orang lain yang ada pada saat perbuatan itu dilakukan. Bukan diperlihatkan ke banyak orang, yang bahkan orang itu tidak pernah bertemu dan kenal.

Mereka merasa sudah berbuat kebaikan, mereka merasa sudah benar. Mereka telah 'istidroj'. Tertipu oleh perbuatan mereka sendiri. Allah menjadikan perbuatan mereka indah, bagus, baik. Sehingga mereka tidak sadar bahwa mereka telah berada dalam kesesatan. Na'udzubilahi min dzalik....

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 264)



Wallahu a'lam

-----





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tafakur Liar Seorang Pensyi'ar

Setiap orang mempunyai tujuan terhadap apa yang dilakukannya. Ia selalu berharap apa yang dilakukannya dapat menuai hasil. Begitupun sebagai seorang manusia yang percaya kepada fana-nya kehidupan dunia, maka ia akan berbuat untuk mendapatkan hasil untuk kekalnya hidup di akhirat. Termasuk di dalamnya kehidupan seorang pensyi’ar ilmu Allah. Ia berharap ilmu yang disyi’arkannya menjadi pendulang amal ibadah baginya sebagai bekal kehidupan akhirat. Hal itu akan terwujud selama orang-orang yang telah menerima syi’ar ilmu itu, memahami dan melaksanakan apa-apa yang telah disampaikan dalam ilmu itu. Untuk itu perlu ketaatan dalam pelaksanaannya dikarenakan untuk menggapai kefahaman diperlukan proses. Agar proses itu berjalan, maka seorang pensyi’ar harus mengolah taktik dan strategi syi’arnya dalam bentuk program-program yang terencana agar ilmu yang disyi’arkannya tersampaikan dengan utuh. Hal yang sangat berbahaya bila ilmu yang disampaikan tidak difahami dengan utuh, yaitu berupa...

Memperlihatkan Dalam Beribadah

Ibadah sudah seharusnya diperlihatkan, dipertontonkan, dan dipertunjukkan. Sehingga dapat dipastikan bahwa kita sedang ibadah.Dengan ditunjukkannya ibadah kita, maka akan menaikkan kualitas dari nilai ibadah tersebut. Sudah saatnya bagi kita semua untuk memperlihatkan dan menunjukkan pelaksanaan ibadah agar disebut orang yang taat dan bertaqwa. Dimulai dari akan beribadah, sudah harus diniatkan untuk memperlihatkannya. Pada saat melakukannya, berusahalah apa yang kita lakukan dilihat. Lakukan secermat-cermatnya hingga semua proses ibadah itu diperhatikan. Setelah selesai, nyatakan sekuat-kuatnya bahwa kita selesai beribadah. Perlihatkan ibadah kita....... ....... Perlihatkanlah kepada ALLAH SWT. Hanya kepada ALLAH. Berusahalah untuk menunjukkan, memperlihatkan, mempertontonkan ibadah kita kepada ALLAH. Tunjukkan yang terbaik yang bisa kita lakukan pada saat beribadah. Tunjukkan bahwa tidak ada aktifitas lain yang kita lakukan, tidak ada tujuan yang kita maksudkan, tiada keinginan lain ...

HADITS 36 – JANGAN MEMPERSULIT URUSAN ORANG LAIN

Hadits Arba'in An Nawawi Terjemah hadits : Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, dari Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga. Sebuah kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah membaca kitab-kitab Allah dan mempelajarinya diantara mereka, niscaya akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan dilimpahkan kepada mereka rahmat, dan mereka dikelilingi malaikat serta Allah sebut-sebut mereka kepada makhluk disisi-Nya. Dan siapa yang lambat amalnya, hal itu tidak akan di...