Langsung ke konten utama

JANGAN PANGGIL NAMA SAYA……

By : Eman

Namanya Pak Musa. Dia adalah seorang pengojek motor di Pasar Kancil tidak jauh dari rumahnya. Dia adalah seorang lelaki yang ramah dan taat beribadah. Dia terkenal akan kedermawanannya. Bahkan pernah terjadi cekcok dia dengan istrinya, dikarenakan seluruh hasil ngojek hari itu diserahkan pada seorang pengemis yang sedang kelaparan.

Suatu waktu saat sedang menunggu penumpang , Pak Musa bertemu tetangganya, Pak Lukman.

“Assalamu’alaikum, Pak Lukman”, sapanya dengan ramah.
“Saya antar pulang ke rumah, Pak?”
“Wa ‘alaikum salam”, jawab Pak Lukman singkat dan pergi tanpa memperdulikan tawaran Pak Musa.
Pak Musa terheran-heran, karena tidak biasanya Pak Lukman bersikap begitu.
“Memangnya kamu tidak tahu, ya?” ujar Pak Abbas, rekan sesama pengojek.
“Tahu soal apa?” tanya Pak Musa.
“Masak sebagai tetangga dekat, tidak tahu. Pak Lukman kan baru pulang dari berhaji. Sekarang dia tidak mau disapa kalau tidak ditambah haji didepan namanya. Minimal panggil dia Pak Haji, H-A-J-I, gitu.”
“Haji kan butuh banyak uang untuk mengejakannya, makanya sepulangnya dari sana harus dipanggil Haji atau Hajjah. Itu sudah biasa di lingkungan kita”, imbuh Pak Abbas.

Pak Musa masih bingung dengan sikap Pak Lukman, ditambah penjelasan sejawatnya, Pak Abbas. Pemahamannya, ibadah Haji adalah ibadah yang jelas-jelas menuntut keikhlasan baik dalam pengerjaannya, baik sebelum, sedang, dan setelah pelaksanaannya. Sebagaimana halnya semua ibadah, tidak ada title, gelar atau sebutan untuk pelaku yang telah melaksanakannya. Selama ini, dia tidak pernah mendengar ada sebutan PAK SHOLAT, PAK DZAKAT, PAK PUASA, dan lain-lain.

Seharian Pak Musa kebingungan memahaminya, hingga dia sulit untuk tidur yang mengakibatkan dia tidak bisa ngojek.

Dua hari berlalu, Pak Musa pun kembali mulai beraktifitas lagi sebagai pengojek.
“Wah, kemana aja nih Pak Musa? Sudah dua hari nggak kelihatan.” Tanya Pak Abbas.

Pak Musa diam tidak menjawab sapaan Pak Abbas.
“Kenapa diam saja, Pak Musa. Ada yang difikirkan?” Tanya Pak Abbas kembali.

Pak Musa menjawab:
“Jangan panggil saya Pak Musa, Panggil saya Pak SHODAQOH, S-H-O-D-A-Q-O-H.

----------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Nabi Ibrahim

Menurut keterangan Al Baghawy bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membaca doa ini saat membangun kembali Ka'bah -----

TAFAKUR FI KHOLQILLAH

By : Eman “Bertafakurlah tentang ciptaan ALLAH, jangan bertafakur tentang Dzat ALLAH.” Pernyataan diatas merupakan rambu-rambu bagi siapa saja yang ingin melangkah pada tahap bertafakur. Bertafakur merupakan salah satu proses bagi seorang manusia untuk mencapai tingkat muqorobah. Tiada seorang pun yang dapat mencapai pentafakuran atas Dzat ALLAH. Itu sudah harga mati, tidak dapat diganggu gugat. Yang bisa dilakukan oleh orang tersebut adalah bertafakur atas ciptaan ALLAH yang terhampar di depan matanya, bahkan pada dirinya sendiri. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur-an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (AQ - 41:53) ALLAH telah memperlihatkan pada manusia hamparan kekuasaan-NYA, yang dengannya manusia dapat memahami bahwa ALLAH MAHA KUASA dan manusia amatlah lemah, tak berdaya, dan tiada ku

Pengalaman Mengobati Hipertiroid

(Pengalaman seorang ibu penderita hipertiroid)     Saya adalah seorang penderita sakit hipertiroid. Tanda-tanda seseorang menderita hipertiroid memang berbeda-beda, sedangkan yang pernah dialami oleh saya diantaranya: mata membesar, tangan tremor (bergetar), terasa ada benjolan di tenggorokan bila sedang menelan air ludah. Ada benjolan yang cukup besar di ketiak. Menurut beberapa informasi bahwa seseorang penderita hipertiroid tidak disarankan untuk hamil, karena hipertiroidnya akan lebih terpacu menjadi semakin parah. Dan inilah yang terjadi pada diri saya, sementara saya baru mengetahui bahwa saya mengidap hipertiroid ini pada saat usia kandungan 7 bulan. Ditambah lagi terjadi exclamsia saat kandungan berusia 8 bulan. Bersyukurnya saya dapat melahirkan secara normal, yang sebelumnya diperkirakan oleh dokter harus cesar. Setelah melahirkan, saya masih harus menjalani perawatan intensif disertai harus menelan berbagai macam obat, yang salah satunya adalah PTU. Obat PTU ini adalah