Langsung ke konten utama

Wani Piro



Perkataan ini popular sebagai sindiran kepada orang yang meminta imbalan atas sesuatu pekerjaan yang memang seharusnya ia lakukan. Padahal ia telah menerima bayaran berupa upah atau gaji atas pekerjaannya. Orang ini pada hakikatnya telah melakukan korupsi atau disebut juga koruptor.

Bibit-bibit koruptor sebenarnya seringkali dipupuk sejak anak-anak secara tidak sengaja. Hal-hal yang disangka merupakan perbuatan baik, malah mendidik anak menjadi calon koruptor.

Pendidikan merupakan hak anak. Setelah anak dimasukan dalam sekolah, maka anak wajib untuk mengikuti pelajaran agar mendapatkan ilmu pengetahuan yang seharusnya. Singkatnya, anak bersekolah agar pintar, mempunyai bekal untuk masa depannya. Sudah seharusnya anak itu belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh, karena kepintaran yang dia dapat pastinya untuk dirinya, bukanlah untuk orang lain.

Apabila ia mendapat nilai yang bagus di raport atau ijazahnya, itu merupakan imbalan yang sesuai dengan usaha belajarnya. Ditambah lagi kelak ia akan merasa bangga bila orang lain melihat nilai-nilainya yang luar biasa. Kemudahan pun akan didapatnya karena ilmu pengetahuan yang didapat saat belajar memuluskan jalan selanjutnya dalam kehidupannya.

Dengan niat memacu semangat anak belajar, sebagian orang tua menjanjikan anaknya hadiah-hadiah apabila anaknya mendapat nilai yang bagus saat ujian. Dengan kebiasaan ini, maka selanjutnya anak hanya akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila dijanjikan diberi hadiah. Anak akan menuntut imbalan apabila ia mendapat rangking. Sebaliknya, ia akan bermalas-malasan apabila tidak ada janji imbalannya.

Mental seperti inilah yang akan terbawa terus dalam kehidupannya. Ia akan malas dan enggan melakukan sesuatu yang seharusnya jadi bagian pekerjaannya. Sudah maklum adanya, semenjak dahulu banyak pekerja seringkali terkena penyakit mental seperti ini. Kalau tidak dijanjikan imbalan dari orang yang dilayaninya, maka ia akan berusaha mencari cara untuk tidak melayaninya. 

Ada perkataan/ motto popular bagi orang-orang seperti ini, yaitu : “Kalau bisa dipersulit, mengapa harus dipermudah. Kalau bisa bayar, kenapa harus dibuat gratis.” 

Wani Piro???

-----

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Nabi Ibrahim

Menurut keterangan Al Baghawy bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membaca doa ini saat membangun kembali Ka'bah -----

TAFAKUR FI KHOLQILLAH

By : Eman “Bertafakurlah tentang ciptaan ALLAH, jangan bertafakur tentang Dzat ALLAH.” Pernyataan diatas merupakan rambu-rambu bagi siapa saja yang ingin melangkah pada tahap bertafakur. Bertafakur merupakan salah satu proses bagi seorang manusia untuk mencapai tingkat muqorobah. Tiada seorang pun yang dapat mencapai pentafakuran atas Dzat ALLAH. Itu sudah harga mati, tidak dapat diganggu gugat. Yang bisa dilakukan oleh orang tersebut adalah bertafakur atas ciptaan ALLAH yang terhampar di depan matanya, bahkan pada dirinya sendiri. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur-an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (AQ - 41:53) ALLAH telah memperlihatkan pada manusia hamparan kekuasaan-NYA, yang dengannya manusia dapat memahami bahwa ALLAH MAHA KUASA dan manusia amatlah lemah, tak berdaya, dan tiada ku

Pengalaman Mengobati Hipertiroid

(Pengalaman seorang ibu penderita hipertiroid)     Saya adalah seorang penderita sakit hipertiroid. Tanda-tanda seseorang menderita hipertiroid memang berbeda-beda, sedangkan yang pernah dialami oleh saya diantaranya: mata membesar, tangan tremor (bergetar), terasa ada benjolan di tenggorokan bila sedang menelan air ludah. Ada benjolan yang cukup besar di ketiak. Menurut beberapa informasi bahwa seseorang penderita hipertiroid tidak disarankan untuk hamil, karena hipertiroidnya akan lebih terpacu menjadi semakin parah. Dan inilah yang terjadi pada diri saya, sementara saya baru mengetahui bahwa saya mengidap hipertiroid ini pada saat usia kandungan 7 bulan. Ditambah lagi terjadi exclamsia saat kandungan berusia 8 bulan. Bersyukurnya saya dapat melahirkan secara normal, yang sebelumnya diperkirakan oleh dokter harus cesar. Setelah melahirkan, saya masih harus menjalani perawatan intensif disertai harus menelan berbagai macam obat, yang salah satunya adalah PTU. Obat PTU ini adalah