Langsung ke konten utama

Bulan Mubarrok

Sbentar lagi bulan Romadhon.

Bulan yang dimana kebanyakan orang mengalami laper perut, laper mulut, dan laper syahwat yang lebih dari bulan lainnya.

Laper Perut

Walaupun sudah sahur 2 bakul 4 piring 2 mangkok, asal jam 11 siang, perut sudah kukuruyuk.
Jam 12 ngikut sholat Dzuhur berjama'ah dengan niat abis sholat mau langsung tidur berjama'ah, rebahan sembari merem-merem ayam terus saingan dengkuran. Kan kata pak Ustadz juga tidur di bulan Romadhon nilainya ibadah (He... He... He... alesan yang nikmat).

Jam setengah dua bangun tidur siang, kepala pusing karena laper and kebanyakan tidur. Gimana nggak, coba? Abis Shubuh tidur, abis Dzuhur tidur juga. Bangun tidur terus berhitung sekaligus merencanakan perburuan buat nanti sore.

Es kelapa, es campur, kolak pisang, cendol, krupuk mie, mie goreng, semuanya kudu disiapin buat bukaan. Buat abis maghrib, daging rendang atau daging ayam, sayur sop atau soto daging, gak lupa buah-buahan (padahal kalo bukan romadhon gak ada tuh). Abis Terawehan, nyari warung jajanan yang sip. Bakso, martabak, bubur ayam atau yang anget-anget deh. Wuihhhh.......... Mantaps poko'e...

Laper Mulut

Nggak tau kenapa, ya? Kalau bulan Romadhon paling enak ngobrol. Kalau nggak ngobrol jadinya ngantuk. Mungkin karena biasanya mulut disumpelin makanan, sekarang kosong melompong. Nyari-nyari kegiatan buat mulut, pelampiasannya ya ngobrol itu. Kata pak Ustadz sih kudu'nya kita ngaji baca Al Qur-an. Tapi yang namanya ngaji, baru satu 'ain juga kurang, mata sudah beler, ngantuk berat.

Beda kalau ngobrol. Sampe abis 12 cerita, mata melotot aja sembari nyari cerita lainnya yang mau dilempar ke forum. Mulai dari cerita perut laper sampe cerita baju lebaran yang boleh ngutang (gimana nggak ngutang, liat aja yang dimakan saban hari di LAPER PERUT).

Segitu sih belum ada apa-apanya, baru ngobrolin laper sama baju lebaran. Nah yang nggak nyadarnya kalau sudah lari-lari ke dapur orang lain. Si A beginilah, si B begitulah, si C begonolah... dan macam-macam lainnya. Cas cis cus.... ujug-ujug ngobrolin orang. Kata pak Ustadz kan nggak bolehngomongin orang, dosa, puasanya nggak berpahala. Tapi tema pembicaraan yang kayak gini tuh yang paling asyik diobrolin. Kalau sudah begini, kerja, belanja, masak, uplek plek! khusyu', serius, tau-tau sore sebentar lagi maghrib.

Laper Syahwat

Hari-hari biasa mah biasa-biasa aja. Kerja, belanja, dan kegiatan lainnya kayaknya biasa-biasa aja deh. Tapi kalau bulan Romadhon, kayaknya berat bangets. Apalagi kalau sudah siang, semua makanan di mata pada bersinar terang cemerlang. Kayaknya pada melambaikan tangan, ngebetot-betot perasaan, biar disamperin terus dimakan. Kalau dibandingin hari biasa, saat ini makanan itu kayak makanan yang sudah delapan Muharrom nggak ketemu. Spesial banget.

Kalau ke yang kayak gitu, mata sepertinya tajam banget. Kelihatan aja gituh. Apalagi ke lawan jenis. Wuiiiihhhh.... mata melotot, nggak berkedip (tapi bukan kakek2 atau nenek2 yang diliat, ya).

Makanya kalau sore-sore banyak orang pada penuh di pasar-pasar, tempat jajanan, warung-warung makanan, atau pingir-pinggir jalan, ya buat ngenyangin mata (kata sebagian orang sih, yang penting kan nggak makan, jadi nggak batal).

Kegiatan yang terjadi cuma pada bulan Romadhon ini, memang nggak bakal ditemuin di bulan lainnya. Kejadian, pengalaman, perasaan, dan lain-lainnya itu cuma ada di satu bulan itu. Kalau sudah lebaran, yang kayak gitu nggak ada lagi, hilang.

Jadi, kalau begitu buat apa dikasih Romadhon setiap tahun kalau cuma buat ajang meluapkan nafsu. Padahal, lagi-lagi kata pak Ustadz, Bulan Romadhon tuh ajang pembelajaran buat kita umat manusia untuk belajar menahan hawa nafsu yang buruk-buruk agar setelah lulus pada saat lebaran, dibulan-bulan lainnya kita bisa ber-akhlaq lebih baik lagi.

So, Why..........???
Something Goes Wrong.....

Komentar

  1. Itulah dia 'daya tarik' Ramadhan.... syetan2 dibelenggu untuk yang punya belenggu... yang gak punya.... ya pesta pora sesuai tingkat kelaparannya... (btw... ma'af lahir bathin Boss... apalagi dah lama banget gak nge-blog...)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa Nabi Ibrahim

Menurut keterangan Al Baghawy bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membaca doa ini saat membangun kembali Ka'bah -----

TAFAKUR FI KHOLQILLAH

By : Eman “Bertafakurlah tentang ciptaan ALLAH, jangan bertafakur tentang Dzat ALLAH.” Pernyataan diatas merupakan rambu-rambu bagi siapa saja yang ingin melangkah pada tahap bertafakur. Bertafakur merupakan salah satu proses bagi seorang manusia untuk mencapai tingkat muqorobah. Tiada seorang pun yang dapat mencapai pentafakuran atas Dzat ALLAH. Itu sudah harga mati, tidak dapat diganggu gugat. Yang bisa dilakukan oleh orang tersebut adalah bertafakur atas ciptaan ALLAH yang terhampar di depan matanya, bahkan pada dirinya sendiri. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur-an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (AQ - 41:53) ALLAH telah memperlihatkan pada manusia hamparan kekuasaan-NYA, yang dengannya manusia dapat memahami bahwa ALLAH MAHA KUASA dan manusia amatlah lemah, tak berdaya, dan tiada ku

Pengalaman Mengobati Hipertiroid

(Pengalaman seorang ibu penderita hipertiroid)     Saya adalah seorang penderita sakit hipertiroid. Tanda-tanda seseorang menderita hipertiroid memang berbeda-beda, sedangkan yang pernah dialami oleh saya diantaranya: mata membesar, tangan tremor (bergetar), terasa ada benjolan di tenggorokan bila sedang menelan air ludah. Ada benjolan yang cukup besar di ketiak. Menurut beberapa informasi bahwa seseorang penderita hipertiroid tidak disarankan untuk hamil, karena hipertiroidnya akan lebih terpacu menjadi semakin parah. Dan inilah yang terjadi pada diri saya, sementara saya baru mengetahui bahwa saya mengidap hipertiroid ini pada saat usia kandungan 7 bulan. Ditambah lagi terjadi exclamsia saat kandungan berusia 8 bulan. Bersyukurnya saya dapat melahirkan secara normal, yang sebelumnya diperkirakan oleh dokter harus cesar. Setelah melahirkan, saya masih harus menjalani perawatan intensif disertai harus menelan berbagai macam obat, yang salah satunya adalah PTU. Obat PTU ini adalah