Hukumnya sunat selama ia
bukan hadis maudhu’.
Syeikh Imam Muhyiddin an-Nawawi
dalam Kitab al-Azkar halaman 7 telah berkata :
قال
العلماء من المحدثين والفقهاء وغيرهم يجوز ويستحب العمل فى الفضائل والترغيب
والترهيب بالحديثالضعيف مالم يكن موضوعا وأما الأحكم كالحلال والحرام والبيع
والنكاح والطلاق وغير ذلك فلا يعمل فيها إلا بالحديث الصحيح اوالحسن إلا أن يكون
في إحتياط في شيء من ذلك .
ألأذكر .
Artinya
:
Telah berkata Ulama dari
kalangan Muhadditsin (ahli hadits), Fuqaha’ (ahli fiqh) dan
lainnya, boleh dan disunnahkan beramal dalam fadhoil dan targhib
serta tarhib dengan hadis dho’if selama ia bukan hadits
maudhu’(hadits palsu).
Dan ada pun ahkam (hukum-hakam) seperti halal-haram,
jual beli dan nikah, talak dan lainnya maka tidaklah boleh
diamalkan padanya melainkan dengan hadis shohih atau hasan.
Kecuali sekiranya dalam urusan ihtiyath pada sesuatu dari hukum demikian
itu.
Tersebut pula dalam ad-Durrarul-Muntasiroh fi-Ahadisil-Musytahirah
oleh al-Imam Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuti pada Hamisy al-Fatwal-Hadisiyyah
halaman 14 sebagai berikut :
عن
عمر بن عبدالعزيز قال ؛ ما سرنى لو أن أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم لم يختلفوا
لأنهم لو لم يختلفوا لم تكن رخصة .
Artinya :
Dari (Khalifah) Umar bin Abdul ‘Aziz
telah berkata ; “Tidaklah menyenangkan ku sekiranya para sohabat Nabi Muhammad
S.A.W. tidak berselisih pendapat karena sekiranya mereka tiada perselisihan
pendapat maka tidaklah beroleh rukhsah (kemudahan).
Perhatikanlah kata-kata Syeikh Ibnu
Ruslan dalam Zubat :
والشافعي ومالك نعمان * واحمدبن حنبل سفيان
وغيرهم من سائرالأئمة * على هدىوالإختلاف رحمة
Maksudnya :
‘Dan Imam Syafi’i Imam Malik,
Nu’ man (Imam Hanafi), dan Imam Ahmad Hanbal dan Sufyan
(atSauri) dan lain-lainnya (yang seumpama mereka) itu terdiri dari Imam-imam (pemimpin ilmu) yang berada dalam
petunjuk Tuhan dan ikhtilaf
diantara mereka itu adalah rahmat.’
Kesimpulan :
- Hadits Dho’if adalah sunat diamalkan dan digunakan pada perkara-perkara fadhoil-ul-a’mal. Bagi individu atau golongan yang tidak ingin mengamalkannya, tidak perlu memperdebatkan atau menyalahkan pengamalnya.
- Hadits Dho’if juga dijadikan rujukan pada masalah khilafiyah, furu’ atau cabang dalam qodhiyyah untuk mendapatkan ijtihad yang bersifat ihtiyath dan bukan bersifat Qathi’.
- Masalah yang bersifat khilafiyyah, ijtihadiyyah adalah masalah furu’iyyah yang merupakan perbedaan diantara para Ulama Mujtahidin dan membolehkan kita memilih ijtihad (bertaklid kepada mereka) yang perlu diikuti, karena saat ber-ijtihad sesungguhnya mereka (ulama) mendapat petunjuk dari ALLAH.
- Hadits Dho’if tidak boleh dijadikan hujjah pada perkara / hukum yang Qathi’. Hanya al-Quran, Hadits Sohih dan Hadits Hasan saja yang dapat digunakan untuk menentukan hukum perkara Qothi’.
- Masalah yang disepakati oleh para Ulama Mujtahidin disebut sebagai Ittifaq / Ittifaqiyyah dan Ijma’.
(Sumber disalin dari share di socmed)
-----
Komentar
Posting Komentar