Bila berjalan dengan noda/ kotoran di dahi, tidak dapat kita melihatnya kecuali dengan cermin. Tetapi orang lain akan melihat jelas noda di dahi itu, dan akan memberitahu adanya noda itu.
Dengan keragaman macam manusia,
cara memberitahu juga akan bermacam cara. Ada yang dengan cara yang baik, ada
juga dengan cara yang tidak baik. Sebagian orang dengan sopan memberitahu
adanya noda itu, bahkan hingga menawari secarik kain untuk membersihkannya.
Sebagian lagi dengan cara cukup tersenyum, menertawai, bahkan hingga menghina
menganggap bodoh berjalan dengan noda di dahi.
Kita akan senang dengan cara
memberitahu yang baik, tetapi sebaliknya dengan cara memberitahu yang buruk,
kita dengan segera marah. Kita merasa tidak berhak ditertawai, atau dihina
karena berjalan dengan noda di dahi.
Biar bagaimanapun tidak sepantasnya
kita segera menanggapi dengan marah. Seharusnya periksa diri kita dahulu
sebelum marah. Kita lihat baik-baik apa yang terjadi dengan diri sendiri
sehingga orang lain menertawai atau menghina. Sampai kita tahu ada noda di
dahi, maka kita harus terus menahan diri. Intinya, mereka berkomentar karena
ada sesuatu, entah itu komentar baik ataupun komentar buruk.
Begitu pula dalam kehidupan.
Bermacam cara yang orang lain sampaikan untuk memberitahu adanya noda dalam
diri karena perbuatan kita. Hal yang harus segera dilakukan adalah introspeksi
diri, bukannya malah marah. Bagaimana bisa kita lihat adanya noda, bila kita
merasa terus bersih.
Dengan adanya pemberitahuan
mereka, maka noda yang melekat tidak akan berlama-lama berada pada diri kita.
Selanjutnya kita tidak akan dengan santainya berjalan kemana-mana dengan noda
itu. Tentunya, kita tidak akan dipermalukan lebih jauh oleh noda itu.
Selalu berusaha positif, bila ada
orang yang memberitahu tentang adanya noda di diri kita, karena mereka “care”
(perhatian). Kecuali memang kita senang dengan adanya noda itu di diri kita.
Wallahu a’lam
Komentar
Posting Komentar