Bagi orang lain mungkin biasa saja, tetapi bagi saya yang
terbiasa makan di warteg, kesempatan makan nasi padang merupakan hal yang
berbeda.Seminggu sekali pada hari raya umat Islam, yaitu hari Jumat, saya
menyempatkan makan di salah satu warung nasi padang pilihan. Rendang yang
sejatinya adalah daging jua, dirasa nikmat
dalam kunyahan.
Saat merasakan setiap kunyahan rendang itu, saya bertafakur
bahwa mengapa kita tidak dapat menikmati ibadah sebagaimana menikmati rendang ini.
Kenikmatan rendang tidaklah semata-mata datang begitu saja, tetapi ada proses
yang dilalui.
Rendang memang menu yang lumrah di setiap warung nasi
padang, tetapi tidak semua warung nasi padang dapat menyajikan kenikmatan rasa
yang sama. Ketelitian memilih daging, ketepatan bumbu, dan kesabaran meraciknya
merupakan proses yang biasa menjadi hasil yang luar biasa.
Ambil contoh SHOLAT….
Banyak dari kita melakukan sholat, tetapi tidak sedikit yang
tidak bisa mendapatkan kenikmatannya. Tiada yang dirasakan saat
melaksanakannya, dan hampa setelah melakukannya.
Berkaca dari rendang, pertama-tama berusahalah dalam sholat untuk
selalu merasakan setiap gerakan yang dilakukan, menyadari setiap bacaan yang
terucap dari mulut, ditambah kesabaran dalam menempuh semua prosesnya.
Bila perasaan, kesadaraan dan kesabaran itu telah diracik
dengan tepat dan teliti, kemudian yang ada hanyalah indahnya kalimat Ilahi dan
nyamannya ketunduk patuhan.
Akhirnya tinggallah menikmati kesempatan luar biasa
pemberian dari Yang Maha Kuasa yang bernama SHOLAT.
Wallahu a’lam…
Komentar
Posting Komentar