Dalam banyak majlis atau organisasi, jumlah murid, jamaah
atau pengikut merupakan tolok ukur dari keberhasilan atau kebesarannya.
Seringkali jumlah menjadi kebanggaan dan kesombongan. Hal ini juga bagi banyak
orang menjadi dasar bagus tidaknya majlis itu. Dalam "kata singkat" :
kuantitas menentukan kualitas, jumlah adalah jaminan mutu.
Murid adalah seseorang yang diakui oleh seorang guru untuk
mempelajari ilmu yang diajarkannya. Murid wajib mengikuti petunjuk-petunjuk
gurunya dalam melakukan olah ilmu yang diberikan agar tidak menyalahi jalan
yang sudah ada. Murid adalah bentukan gurunya, maka bagaimanapun bentuk laku
dari murid merupakan cerminan apa yang diajarkan oleh gurunya. Walaupun tidak
terlepas dari adanya pengaruh lainnya, dominasi ajaran gurunya tetap yang
menjadi anutan bagi seorang murid. Diperlukan usaha yang ekstra keras bagi
seorang guru agar muridnya tidak menyimpang arah.
Dalam tingkatan inilah yang harus diperhatikan oleh seorang
guru. Baik buruknya laku murid merupakan cerminan baik buruknya ajaran gurunya
adalah pandangan stereotype yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga sepantasnyalah
seorang guru memperhatikan hasil ajaran yang diberikan kepada muridnya. Murid
juga merupakan amanah yang ALLAH limpahkan kepada seorang guru agar diberikan
pengajaran, terutama sekali mengenai akhlaq, agar kelak apapun ilmu yang
dikuasai oleh sang murid dipagari oleh akhlaqul karimah, sehingga tidak terjadi
penyelewengan dalam pemahaman dan pelaksanaan dari ilmu yang telah diterimanya.
Pada tingkatan yang lebih tinggi, murid adalah ladang bagi
gurunya dalam mengumpulkan amalan yang akan dibawa menuju kehidupan akhirat
kelak. Apa pun langkah laku dan i'tiqod seorang murid disebabkan oleh ajaran
gurunya akan dibawa kepada Hakim Yang Maha Adil, dimana gurunya itu harus
mempertanggung jawabkan atas apa yang telah diajarkannya. Bila baik, hal itu
akan membawa kepada kebahagiaan nyata yang abadi. Bila buruk, ini akan menjadi
beban yang harus dipikul sepanjang kehidupan tiada berbatas di akhirat.
“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian akan
diminta pertanggung jawabnya tentang apa yang kamu pimpin.”
(H.R. Bukhari)
“Sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin tentang
apa-apa yang ia pimpin; apakah ia memeliharanya ataukah menyia-nyiakannya.”
(H.R. Ibnu Hibban)
Kalau melihat begitu besar tanggung jawab dan resiko yang
harus dihadapi kelak, maka apa gunanya kebanggaan dan kesombongan itu?
Wallahu a'lam
Komentar
Posting Komentar