Malam ini saya bertemu dengan diri saya. Saya melihatnya sedang terbaring, tidur nyenyak dengan posisi miring ke kiri.
Tarikan nafasnya yang teratur, tidak memperdulikan gegap gempita dunia malam di luar sana yang hingar bingar dengan kemaksiatan.
Tidak lama kemudian dia pun berbalik arah menjadi posisi miring kanan.
Sedikit menggumam sesuatu yang tidak jelas didengar.
Tarikan nafasnya kembali teratur, tidur dengan nyenyaknya, tanpa ikut menikmati para pemburu ridho Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang telah tenggelam sedalam-dalamnya dalam lautan khusyu sujud diatas hamparan sajadah.
Derum sebuah sepeda motor melintas di depan rumah seakan membuatnya terjaga.
Tetapi tidak!
Dia hanya merubah posisi tidurnya menjadi terlungkup memunggungi saya.
Kali ini tarikan nafasnya sangat kuat. Mungkin karena dadanya meminta udara yang lebih banyak. Tetapi tetap tidur dengan nyenyak.
Apakah dia mengetahui bahwa bumi yang sedang dihadapi sekarang berisi milyaran manusia yang terkubur didalamnya sedang menikmati tabungan yang dikumpulkannya pada saat mereka di dunia?
Kepengapan membuatnya tidak lama terlungkup. Kali ini dia terlentang, menghadap ke atas.
Atas? Ya, atas! Sebuah tempat yang tidak saya fahami. Yang saya tahu, atas adalah suatu ruang kemulyaan. Suatu anggapan manusia akan tempat yang lebih spesial dari apa yang dipunyai olehnya.
Kali ini nafas diri saya kembali teratur, normal, bahkan cenderung tidak terdengar. Sepertinya dia sedang terpana karena mengetahui ketidaktahuannya. Kebodohannya. Ketidakmampuannya. Kemanusiaannya
Kasihan dia……
Sayup-sayup terdengar suara orang membaca Al Qur-an di masjid At Taqwa di dekat rumah. Menjelang adzan Subuh rupanya!
Saya harus bersiap dikembalikan ke dalam diri saya, disertai harapan penuh semoga Yang Maha Pencipta membuat saya dan diri saya menjadi lebih baik dari malam ini……
Tarikan nafasnya yang teratur, tidak memperdulikan gegap gempita dunia malam di luar sana yang hingar bingar dengan kemaksiatan.
Tidak lama kemudian dia pun berbalik arah menjadi posisi miring kanan.
Sedikit menggumam sesuatu yang tidak jelas didengar.
Tarikan nafasnya kembali teratur, tidur dengan nyenyaknya, tanpa ikut menikmati para pemburu ridho Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang telah tenggelam sedalam-dalamnya dalam lautan khusyu sujud diatas hamparan sajadah.
Derum sebuah sepeda motor melintas di depan rumah seakan membuatnya terjaga.
Tetapi tidak!
Dia hanya merubah posisi tidurnya menjadi terlungkup memunggungi saya.
Kali ini tarikan nafasnya sangat kuat. Mungkin karena dadanya meminta udara yang lebih banyak. Tetapi tetap tidur dengan nyenyak.
Apakah dia mengetahui bahwa bumi yang sedang dihadapi sekarang berisi milyaran manusia yang terkubur didalamnya sedang menikmati tabungan yang dikumpulkannya pada saat mereka di dunia?
Kepengapan membuatnya tidak lama terlungkup. Kali ini dia terlentang, menghadap ke atas.
Atas? Ya, atas! Sebuah tempat yang tidak saya fahami. Yang saya tahu, atas adalah suatu ruang kemulyaan. Suatu anggapan manusia akan tempat yang lebih spesial dari apa yang dipunyai olehnya.
Kali ini nafas diri saya kembali teratur, normal, bahkan cenderung tidak terdengar. Sepertinya dia sedang terpana karena mengetahui ketidaktahuannya. Kebodohannya. Ketidakmampuannya. Kemanusiaannya
Kasihan dia……
Sayup-sayup terdengar suara orang membaca Al Qur-an di masjid At Taqwa di dekat rumah. Menjelang adzan Subuh rupanya!
Saya harus bersiap dikembalikan ke dalam diri saya, disertai harapan penuh semoga Yang Maha Pencipta membuat saya dan diri saya menjadi lebih baik dari malam ini……
Komentar
Posting Komentar