"Orang yang menolak bukanlah orang yang jahat, tetapi orang yang paling jahat adalah orang terdekat yang berpura-pura baik padahal membenci."
Dalam sebuah forum diskusi, adalah hal yang biasa bila ada yang "Pro" dan "Kontra", "Setuju" dan "Menolak".
Dalam hal diskusi, arti dari :
"Setuju" adalah sepakat dengan apa yang disampaikan, menerima.
"Menolak" adalah tidak sependapat, mengingkari, tidak mengakui, tidak menerima.
Masing-masing pihak pasti memahami adalah keniscayaan apabila ada sebuah pendapat, ide, gagasan, metode, cara dalam sebuah diskusi, ada yang "Setuju" dan "Menolak". Apabila gagasan itu dijalankan, yang "Setuju" pastinya dengan taat dan patuh menjalankan gagasan tersebut. Sementara yang "Menolak" pasti tidak akan melaksanakan gagasan itu.
Hal itu bukanlah masalah, sepanjang yang "Setuju" dan yang "Menolak" tidak saling serang dan tidak saling hina satu sama lainnya. Tidak saling mengeluarkan perkataan yang tidak pantas kepada yang berbeda pihak.
Begitu juga dalam hal memilih keyakinan. Allah sudah memberikan petunjuk-Nya kepada manusia melalui Nabi/ Rasul dan Kitab Suci. Begitu Nabi/ Rasul mengajak kepada kebenaran, atau Kitab Suci menyampaikan ajakan kebenaran itu, ada manusia yang taat dan ada manusia yang menolak/ mengingkarinya.
اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَا كِرًا وَّاِمَّا كَفُوْرًا
Sesungguhnya
Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang
kafir.
(Al Insan 76 : Ayat 3)
(Al Insan 76 : Ayat 3)
Di ayat ini Allah telah memberi petunjuk kepada manusia, ada yang berterimakasih karena diberi petunjuk dengan menjalankan petunjuk tersebut, dan ada juga yang kafir.
Lalu apa arti "Kafir" disini?
Bila melihat dari komposisi ayat, maka "Kafir" berarti lawan kata dari "Bersyukur".
Kalau kata "Bersyukur", rata-rata orang memahaminya dengan menyepadankan dengan kata "Terimakasih".
Tetapi dengan kata "Kafir", banyak orang yang salah faham, bahkan tersinggung dengan kata ini.
Tidak sedikit orang yang katanya Islam, tidak faham dari arti yang sebenarnya kata "Kafir" ini.
Mari kita lihat penjelasan kata "Kafir" ini dari Al Qur-an.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَمَّا جَآءَهُمْ كِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ ۙ وَكَا نُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ۚ فَلَمَّا جَآءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا کَفَرُوْا بِهٖ ۖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
"Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al-Qur'an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 89)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قَا لَ الَّذِيْ عِنْدَهٗ عِلْمٌ مِّنَ الْـكِتٰبِ اَنَاۡ اٰتِيْكَ بِهٖ قَبْلَ اَنْ يَّرْتَدَّ اِلَيْكَ طَرْفُكَ ۗ فَلَمَّا رَاٰ هُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهٗ قَا لَ هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ ۗ لِيَبْلُوَنِيْٓءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُ ۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِ نَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖ ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِ نَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
"Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia."
(QS. An-Naml 27: Ayat 40)
Kata "Bersyukur" disandingkan dengan keadaan yang berlawanan dengan kata "Kafir" yang artinya "Mengingkari"
Jelaslah bahwa kata "Kafir" dalam ketiga ayat diatas berarti mengingkari, tidak mengakui bahwa telah menerima pemberian Allah. Ia menolak untuk mengakui Allah telah memberi nikmat kepadanya. Karena telah menolak mengakui, maka orang itu disebut sebagai orang "Kafir" yang artinya orang "Yang Menolak Mengakui". Kalau dalam kata lain, ia adalah orang yang "Oposisi", "Berseberangan"
Bila dilihat dari artinya saja, sedikitpun tidak ada penghinaan dalam kata "Kafir".Tidak ada pen-diskredit-an dan tidak ada yang diluar adab dan kemanusiaan. Sebagaimana kata "Oposisi" yang dapat diterima, maka kata "Kafir" adalah "Oposisi dari kata Bersyukur"dalam bahasa Al Qur-an. "Kafir" adalah "Sebaliknya dari Bersyukur"
Jadi tidak ada yang aneh dari kata "Kafir". Orang yang disebut "Kafir", tetaplah manusia, bukan setan ataupun binatang. Tidak seharusnya orang yang menolak Islam, paranoid disebut orang "Kafir". Karena kata "Islam" sendiri berarti "Tunduk Patuh", yang juga berarti taat mengikuti segala yang diperintahkan oleh Allah kepadanya. Sementara "Kafir" berarti sebaliknya dari Islam.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِذْ قَا لَ لَهٗ رَبُّهٗۤ اَسْلِمْ ۙ قَا لَ اَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
"Ketika
Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk
patuh kepada Tuhan semesta alam."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 131)
"Islam" artinya tunduk patuh, taat, mengikuti segala yang diperintahkan kepadanya.
"Kafir" artinya ingkar, maka apabila ada perintah dari Allah, ia akan mengingkari atau menolak untuk melaksanakannya.
Nah sampai disini sudah faham kan, bila kata "Kafir" itu tidak semenakutkan yang sebagian orang katakan. Orang "Kafir" adalah orang "Yang Menolak Tunduk Patuh" kepada perintah Allah. Kata "Kafir" adalah kata yang sopan untuk penyebutan terhadap status manusia yang tidak tunduk patuh. Kata "Kafir" adalah kata yang lembut dan sesuai dengan kemanusiaan.
Contoh:
"Dia orang kafir"
"Dia orang kafir"
"Dia orang yang menolak (untuk tunduk patuh)"
"Dia orang yang oposisi"
Bisa dilihat kan? Tidak ada keburukan dalam kata "Kafir", tidak ada yang menakutkan, juga bukan kata-kata yang bermaksud kotor atau kasar.
Kata "Kafir" menjadi begitu menakutkan, dikarenakan stigma yang dibuat oleh sebagian orang agar konotasinya adalah kata "Kafir" = "hal yang menghinakan". Mereka mem-pleset-kan arti sebenarnya. Orang-orang itu menginginkan kekacauan. Tujuannya ingin memberi cap bahwa Islam adalah agama yang menakutkan. Orang-orang itu jelas-jelas orang jahat. Sementara orang kafir belum tentu jahat.
Nabi Muhammad dan umat Islam bertahun-tahun hidup di kota Madinah, dan selanjutnya di Makkah, berdampingan dengan orang-orang kafir disana. Hidup damai, bekerja sama dalam hal keduniaan, perdagangan, keamanan.
Dalam Islam, ada Kafir Dzimmi dan Kafir Harbi. Yang pertama adalah orang yang menolak beragama Islam, tetapi tetap baik dan menghormati hidup dan kehidupan Islam dan pemeluknya. Sedangkan yang kedua adalah orang yang menolak beragama Islam, dan berusaha untuk merusak dan memusuhi Islam dan pemeluknya.
Ada sebuah hadits menyebutkan
مَنْ تَرَكَ الصَّلاةَ مُتَعَمِّدا فَقَدْ كَفَرَ جِهاراً
"Barangsiapa meninggalkan sholat dengan menyengaja, maka ia kafir dengan jelas."
Orang Islam yang menolak kewajiban sholat, ia tidak mau mengerjakan sholat, walau dalam kondisi apapun, maka ia dapat disebut sebagai kafir, karena mengingkari kewajibannya sebagai muslim yang wajib melaksanakan sholat wajib.
Dalam Al Qur-an juga disebutkan, bahwa orang Islam adalah orang yang kafir terhadap Thogut (sesembahan selain Allah), karena mengingkari adanya sesembahan selain Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِا لطَّا غُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِا لْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَا مَ لَهَا ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thogut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 256)
Jadi, kata "Kafir" adalah sebuah kata yang sesuai dengan kemanusiaan, kata yang ramah, halus, lembut. Bukan kata yang berisi kebencian, kemarahan, penghinaan, atau kotor/ kasar.
Wallahu a'lam
Alhamdulillah, sangat bermanfaat.
BalasHapusSemoga artikel ini menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman kita. Dan bisa menyejukkan semua pihak.
Aamiin...
Alhamdulillah bila dirasa artikel ini bermanfaat....
HapusTerima kasih sudah berkunjung ke blog Urap Kelapa