By : Eman
“Bertafakurlah tentang ciptaan ALLAH, jangan bertafakur tentang Dzat ALLAH.”
Pernyataan diatas merupakan rambu-rambu bagi siapa saja yang ingin melangkah pada tahap bertafakur. Bertafakur merupakan salah satu proses bagi seorang manusia untuk mencapai tingkat muqorobah. Tiada seorang pun yang dapat mencapai pentafakuran atas Dzat ALLAH. Itu sudah harga mati, tidak dapat diganggu gugat. Yang bisa dilakukan oleh orang tersebut adalah bertafakur atas ciptaan ALLAH yang terhampar di depan matanya, bahkan pada dirinya sendiri.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur-an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (AQ - 41:53)
ALLAH telah memperlihatkan pada manusia hamparan kekuasaan-NYA, yang dengannya manusia dapat memahami bahwa ALLAH MAHA KUASA dan manusia amatlah lemah, tak berdaya, dan tiada kuasa apa-apa.
Melihat gagahnya gunung berapi yang sewaktu-waktu dapat memuntahkan isi perutnya, melihat kilatan cahaya petir beserta guruh yang mengikutinya, melihat gelombang ganas lautan yang siap menerkan siapa dan apa saja, mendengar deru angin badai yang melabrak apapun yang di depannya, merasakan guncangan bumi yang dapat merobek-robek tanah dan beton, manusia tidak berdaya, menggigil ketakutan. Bagaimana pula berhadapan dengan Penciptanya di alam dunia ini? Ingatlah kisah Nabi Musa di Gunung Thursina.
Menghadapi gigi yang bengkak, kepala yang pusing, urat yang bergeser, otot yang cedera, manusia takluk. Terlebih lagi kalau ditimpa jantung yang melemah, ginjal yang terluka, hati yang membengkak, otak yang diliputi tumor, manusia pasti bertekuk lutut.
Maka lihatlah pada diri sendiri, bagaimana ALLAH mengatur begitu rapinya system yang berjalan pada diri manusia. Semuanya teratur, tidak ada yang membantah apalagi membangkang. Apabila kita menyadari dan meyakini hal tersebut dalam genggaman ALLAH, maka terbukalah gerbang menuju jalan mengenal ALLAH.
“Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka mengenal ROBB-nya”
WALLAHU A'LAM
“Bertafakurlah tentang ciptaan ALLAH, jangan bertafakur tentang Dzat ALLAH.”
Pernyataan diatas merupakan rambu-rambu bagi siapa saja yang ingin melangkah pada tahap bertafakur. Bertafakur merupakan salah satu proses bagi seorang manusia untuk mencapai tingkat muqorobah. Tiada seorang pun yang dapat mencapai pentafakuran atas Dzat ALLAH. Itu sudah harga mati, tidak dapat diganggu gugat. Yang bisa dilakukan oleh orang tersebut adalah bertafakur atas ciptaan ALLAH yang terhampar di depan matanya, bahkan pada dirinya sendiri.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur-an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu.” (AQ - 41:53)
ALLAH telah memperlihatkan pada manusia hamparan kekuasaan-NYA, yang dengannya manusia dapat memahami bahwa ALLAH MAHA KUASA dan manusia amatlah lemah, tak berdaya, dan tiada kuasa apa-apa.
Melihat gagahnya gunung berapi yang sewaktu-waktu dapat memuntahkan isi perutnya, melihat kilatan cahaya petir beserta guruh yang mengikutinya, melihat gelombang ganas lautan yang siap menerkan siapa dan apa saja, mendengar deru angin badai yang melabrak apapun yang di depannya, merasakan guncangan bumi yang dapat merobek-robek tanah dan beton, manusia tidak berdaya, menggigil ketakutan. Bagaimana pula berhadapan dengan Penciptanya di alam dunia ini? Ingatlah kisah Nabi Musa di Gunung Thursina.
Menghadapi gigi yang bengkak, kepala yang pusing, urat yang bergeser, otot yang cedera, manusia takluk. Terlebih lagi kalau ditimpa jantung yang melemah, ginjal yang terluka, hati yang membengkak, otak yang diliputi tumor, manusia pasti bertekuk lutut.
Maka lihatlah pada diri sendiri, bagaimana ALLAH mengatur begitu rapinya system yang berjalan pada diri manusia. Semuanya teratur, tidak ada yang membantah apalagi membangkang. Apabila kita menyadari dan meyakini hal tersebut dalam genggaman ALLAH, maka terbukalah gerbang menuju jalan mengenal ALLAH.
“Barangsiapa yang mengenal dirinya, maka mengenal ROBB-nya”
WALLAHU A'LAM
Komentar
Posting Komentar