Menurut saya pribadi sih ingat ke Nabi Muhammad SAW itu wajib.
Tapi ingat apanya....?
Wajahnya? Postur tubuhnya? Beliau ga ada foto, lukisan, gambar......
Khutbahnya? Ceramahnya? Tutur katanya? Orang sekarang ga ada yang pernah bertemu beliau.....
Saya "relate" ke beliau melalui orang tua, ustadz, guru, ulama, atau orang-orang yang bercerita tentang betapa agungnya beliau.
Ada yang lebih beruntung, langsung dari hasil mempelajari Al Qur-an dan hadits-hadits beliau. Belajar dari bahasa aslinya, grammarnya, tata bahasanya.... (Itu juga pastinya belajarnya ke guru atau ustadz dulu......Ga langsung begitu aja bisa....)
Bukan dari buku terjemahan, karena buku terjemahan itu hasil dari ulama yang telah mempelajari bahasanya secara langsung. Jadi tetap aja yang belajar cuma pakai terjemahan, berarti belajarnya dari ustadz atau ulama yang telah menterjemahkan. Itu menurut saya.
Balik lagi ke masalah "ingat ke Nabi Muhammad SAW"
Dari ucapan-ucapan orang yang lebih tua dan juga yang lebih tau, saya dapat wawasan mengenai beliau. Pribadi beliau, peri kehidupan beliau, masa kecil dan masa dewasa beliau, perjuangan beliau, keluarga beliau, sahabat-sahabat, dan banyak lagi.
Salah satu momen saya mendapat wawasan mengenai beliau, pada saat menghadiri ceramah, tausiyyah, atau tabligh yang biasanya dikaitkan dengan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yaitu Maulid Nabi. Setelah sekian hari, sekian bulan dalam kesibukan rutinitas harian, lumayan di"refresh" dengan ceramah tentang Nabi.
Di acara itu biasanya penceramah atau mubaligh nya menyampaikan hikmah dan kisah mengenai beliau. Isinya memang banyak tentang betapa agungnya pribadi beliau, tetapi ga ada yang berlebihan. Juga ga ada yang menyamakan beliau dengan Allah. Kalau dibilang beliau lebih dari manusia lainnya, ya pastinya begitu. Lah kaki sudah bengkak-bengkak aja, beliau masih terus sholat sunah. Kita mah kena asam urat dikit aja langsung alesan. Belum lagi hal yang lain dari perilaku mulia beliau.
Yang saya ketahui, Nabi lahir pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Kemudian tanggal kelahiran beliau ini dijadikan momentum untuk mengumpulkan umat agar mendapatkan tausiyyah, pencerahan mengenai agama, khususnya perihal Nabi. Makanya banyak yang mengadakan acara peringatan Maulid Nabi di luar tanggal 12 Rabi'ul Awwal itu. Tanggal Maulid itu cuma sebagai momentum aja, background aja, untuk mengadakan acara pemberian ceramah kepada umat.
Seperti setiap tanggal 17 Ramadhan, diadakan peringatan Nuzulul Qur-an. Diadakannya acara pada malam atau hari itu. Acaranya ya tausiyyah. Ada juga yang mengadakan pentas seni, bazar, dll. Nuzulul Qur-an adalah momentumnya, agar umat diberikan pengingat kembali kepada kitab suci yang Allah turunkan. Untuk me-refresh umat agar selalu dekat, membaca, dan melaksanakan perintah-perintah Allah yang tercantum dalam Al Qur-an.
Seperti setiap tanggal 17 Ramadhan, diadakan peringatan Nuzulul Qur-an. Diadakannya acara pada malam atau hari itu. Acaranya ya tausiyyah. Ada juga yang mengadakan pentas seni, bazar, dll. Nuzulul Qur-an adalah momentumnya, agar umat diberikan pengingat kembali kepada kitab suci yang Allah turunkan. Untuk me-refresh umat agar selalu dekat, membaca, dan melaksanakan perintah-perintah Allah yang tercantum dalam Al Qur-an.
Al Qur-an |
Dahulu malam Jum'at identik dengan malam sakral buat umat Islam. Banyak diadakan pengajian di masjid, musholla, surau, maupun di kediaman warga. Kegiatan selain pengajian, ditinggal, dan bagi umat saat itu rasanya janggal bila melakukan aktifitas di luar rumah selain pengajian saat malam Jum'at. Bahkan acara televisi saat itu pastinya ada acara khusus bagi umat Islam, ceramah agama Islam. Pernah ada stasiun televisi yang menayangkan acara-acara horor di saat malam Jum'at, maka umat protes kepada pemerintah perihal itu. Itu dikarenakan pihak penayang seakan mengotori mindset malam Jum'at sebagai malam sakral umat Islam.
Malam Jum'at hanya sebagai momentum saja agar umat kembali mengingat status dirinya sebagai umat Islam, juga sekalian dalam menghadapi hari besar bagi umat Islam esok harinya, dimana para muslim pria berkumpul di masjid-masjid untuk mendirikan sholat Jum'at di siang harinya.
1 Januari banyak yang tahun baruan. Masang petasan, kembang api, tiup terompet. Trus ada yang bilang, daripada begitu mending dipakai yang bermanfaat. Akhirnya ada yang ngadain tabligh akbar, ceramahan, tausiyyahan... 1 Januari cuma backgroundnya aja. Maksudnya daripada ngelakuin yang ga manfaat menurut agama. Dibikinnya acara yang bernuansa agama, ya ceramahan....
Seperti tanggal 21 April hari lahir Kartini sebagai hari Kartini, 2 Mei kelahiran Ki Hajar Dewantara sebagai Hari Pendidikan Nasional, bahkan hari berdirinya sebuah organisasi juga dijadikan hari nasional, yaitu Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei yang merupakan tanggal berdirinya Organisasi Boedi Oetomo.
Di tanggal-tanggal itu juga banyak diadakan acara terkait dengan figur atau tokoh atau hal tersebut. Seperti pada Hari Kartini, banyak yang mengadakan acara2, berkebaya atau berpakaian adat, atau lainnya. Ada juga yang melakukan seminar, simposium, pertemuan, ceramahan, atau apapun itu.
Ga ada yang mewajibkan mengadakan acara peringatan maulid Nabi. Dasarnya hanyalah momentum. Mumpung ada momen buat ngumpulin umat, buat dapat siraman rohani. Yang jelas peringatan maulid Nabi ini, bukan bagian khusus ibadah yang sudah diatur dalam Islam. Juga bukan buat ngada-ngadain atau nambah-nambahin ibadah. Makanya ga wajib. Ngadain ga ngadain, terserah... Mau gede mau kecil. Ga ada biaya, ya ga ngadain. Kalau ada biaya, ya silakan...
Masalah yang ngeluarin duit, yang ngadain, yang datang, yang ceramah, yang bersih-bersih, dapat pahala atau ga mah jangan dipersoalkan. Itu jelas hak nya Allah. Mau percaya dapat pahala ya silakan. Ga percaya ya terserah. Lagipula itukan tergantung niatnya di acara itu. Niatnya baik ya dapat baik juga. Niat buat keduniaan ya dapatnya apa yang dia niatkan.
Wallahu a'lam
Wallahu a'lam
Komentar
Posting Komentar