Setiap orang mempunyai tujuan terhadap apa yang dilakukannya. Ia selalu berharap apa yang dilakukannya dapat menuai hasil. Begitupun sebagai seorang manusia yang percaya kepada fana-nya kehidupan dunia, maka ia akan berbuat untuk mendapatkan hasil untuk kekalnya hidup di akhirat.
Termasuk di dalamnya kehidupan
seorang pensyi’ar ilmu Allah. Ia berharap ilmu yang disyi’arkannya menjadi
pendulang amal ibadah baginya sebagai bekal kehidupan akhirat. Hal itu akan
terwujud selama orang-orang yang telah menerima syi’ar ilmu itu, memahami dan
melaksanakan apa-apa yang telah disampaikan dalam ilmu itu. Untuk itu perlu ketaatan
dalam pelaksanaannya dikarenakan untuk menggapai kefahaman diperlukan proses.
Agar proses itu berjalan, maka
seorang pensyi’ar harus mengolah taktik dan strategi syi’arnya dalam bentuk
program-program yang terencana agar ilmu yang disyi’arkannya tersampaikan
dengan utuh. Hal yang sangat berbahaya bila ilmu yang disampaikan tidak
difahami dengan utuh, yaitu berupa kesalah fahaman, mis-interpretasi, yang akan
mengakibatkan penyimpangan, keraguan, tidak peduli, dan ketidak-konsistensian (tidak istiqomah) dalam
melaksanakan keilmuan.
Ladang syi’ar ilmu bukanlah lahan
yang mudah begitu saja, tetapi seorang pensyi’ar harus berusaha agar
cita-citanya mengumpulkan bekal untuk akhiratnya terwujud. Segala hal -
termasuk halangan dan gangguan – diolah sedemikian rupa agar dapat memberikan
hasil.
Seorang pensyi’ar ilmu bagaikan
seorang petani yang mengolah lahannya. Bagi seorang petani, lahan harus dipaculi,
dicangkuli, diberi air, diberi pupuk, dijaga dari gangguan hama, agar
tanamannya menjadi tanaman yang bagus dan memberinya hasil untuk mengisi
lumbungnya. Baginya, lahan itu adalah masa depannya, cita-citanya.
Lalu bagaimanakah seorang petani
menghadapi lahan yang tanahnya sangat keras untuk dicangkuli/ dipacul, yang
mana bahkan air saja tidak sanggup menembus/ meresap kedalamnya, seakan tidak
ada sedikitpun lubang walau sebesar pori-pori pada tanah itu? Padahal telah banyak
taktik dan strategi diterapkan - bahkan bulldozer dan backhoe pun dikerahkan - agar lahan itu sesuai dengan keinginannya,
tetapi seakan tanah itu tidak memberikan kecerahan harapannya.
Petani itu pastinya akan mencari
lahan lain yang dapat memberikannya jalan menuju cita-citanya, masa depannya. Ia
tidak akan menyia-nyiakan waktunya, karena telah tentu waktunya mengolah,
menanam, dan menuai, dimana apabila terlewat maka ia akan menghadapi masa susah
dan sengsara.
(Disertai harapan lahan baru dapat menjadi jalan untuk melunakkan lahan yang keras itu)
(Disertai harapan lahan baru dapat menjadi jalan untuk melunakkan lahan yang keras itu)
Wallahu a’lam….
"Tekstur" tanah dapat dirubah meskipun butuh jangka waktu yang lama. Tanah yang gersang dapat diubah menjadi lebih subur dengan menambahkan serasah atau mulching dalam jumlah banyak. Seperti petani sayur yang menambahkan kompos pada lahannya, Kompos (mulching) akan menambah jumlah bahan organik pada lahan. Yang tak dapat dirubah adalah "struktur"nya.Butuh kesabaran boss,,,untuk mengubah tekstur tanah.Cara cepat memang mencari lahan baru yang lebih subur... namun ada kepuasan tersendiri jika lahan gersang itu berubah teksturnya menjadi sesuai yang kita butuhkan dan saya pikir disitu mujahadahnya. Afwan boss....
BalasHapus"Padahal telah banyak taktik dan strategi diterapkan - bahkan bulldozer dan backhoe pun dikerahkan - agar lahan itu sesuai dengan keinginannya, tetapi seakan tanah itu tidak memberikan kecerahan harapannya."
BalasHapusNabi SAW mensyi'arkan Islam selama 10 tahun di Makkah. Dan Beliau SAW harus mengganti strategi dengan berhijrah ke Madinah.
Saya kira beliau tidak kurang mujahadahnya dengan berhijrah, kan?
Afwan, boss....
Saya teringat kasus di"bengkel" kemarin...akhirnya memang kenderaan yg rusak berat itu tak selesai perbaikannya sebab ditarik oleh pemiliknya.... tapi memang saya fikir kondisi nya berbeda...
BalasHapusPemilik bengkel perlu juga menyadari bahwa tidak sedikit pemilik kendaraan tidak menyukai kendaraannya diperbaiki apabila "hal yang harus dibayar" terlalu "mahal" baginya.
BalasHapusMereka akan mencari yang kwalitas "KW" agar tidak mahal. Atau membiarkannya tetap seperti itu selama kendaraannya masih bisa jalan.
Jadi janganlah pemilik bengkel bingung akan hal itu, karena bengkel akan maju dari kendaraan bagus dibanding kendaraan rusak.
Maksudnya, pemilik kendaraan yang merawat kendaraan agar tetap "on the track" akan menjadi kehidupan bengkel, dibanding kendaraan dibiarkan seadanya.
Kendaraan yang terawat pasti akan selalu membutuhkan spare part yang segar secara berkala. Dari spare part inilah pemilik bengkel akan mendulang keuntungan lebih besar.
Sedangkan kendaraan yang seadanya itu hanya akan ke bengkel apabila menurut pemiliknya perlu, itupun dengan pertimbangan untung rugi menurutnya.
Ada juga pemilik kendaraan yang tidak menyadari bahwa kendaraannya memerlukan "perlakuan khusus" dalam pemakaian, perawatan, dan rutinitas. Dikarenakan si pemilik kendaraan ini hanya bercermin pada pemilik kendaraan lain yang perawatannya seadanya, akhirnya ia pun terbawa malas merawat kendaraannya.
BalasHapusAda juga pemilik kendaraan yang sudah merasa bisa memperbaiki kendaraannya sendiri bila rusak, padahal untuk buka baut lampu depan saja masih banyak bertanya.
Untuk itu diharap pemilik kendaraan kembali menyadari bahwa kendaraan tidak semata-mata hanya untuk dikendarai saja, tetapi memerlukan perawatan dari bengkel resmi yang berisi tenaga ahli untuk kendaraannya itu.
Bengkel yang tidak resmi mungkin bisa saja membetulkan beberapa kerusakan. Tapi... apakah bengkel itu bisa memperbaiki kerusakan pada komponen yang "custom design"? komponen yang memang dirancang khusus untuk kendaraan itu, yang tidak akan ditemukan di kendaraan lain.
BalasHapusOleh karena itu janganlah "menggampangkan" dalam merawat kendaraan dengan teknologi yang selalu dapat mem-"fresh"-kan diri setiap saat. Bisa-bisa malah nantinya kendaraan itu akan "locked" sehingga pemilik kendaraan hanya memiliki kendaraan, tetapi dalam kondisi "jangankan menggunakan kendaraannya, dinyalakan mesinnya saja tidak bisa"
Tengkiyuh boss... moga kenderaan yang direparasi ke bengkel kita kepunyaan pemilik yang on schedule suai buku katalog... biar gak jadi kontaminan di bengkel... he he...
BalasHapus