Perkataan ini popular sebagai sindiran kepada orang yang
meminta imbalan atas sesuatu pekerjaan yang memang seharusnya ia lakukan.
Padahal ia telah menerima bayaran berupa upah atau gaji atas pekerjaannya.
Orang ini pada hakikatnya telah melakukan korupsi atau disebut juga koruptor.
Bibit-bibit koruptor sebenarnya seringkali dipupuk sejak
anak-anak secara tidak sengaja. Hal-hal yang disangka merupakan perbuatan baik, malah mendidik anak menjadi calon koruptor.
Pendidikan merupakan hak anak. Setelah anak dimasukan dalam
sekolah, maka anak wajib untuk mengikuti pelajaran agar mendapatkan ilmu
pengetahuan yang seharusnya. Singkatnya, anak bersekolah agar pintar, mempunyai
bekal untuk masa depannya. Sudah seharusnya anak itu belajar dengan tekun dan
sungguh-sungguh, karena kepintaran yang dia dapat pastinya untuk dirinya, bukanlah
untuk orang lain.
Apabila ia mendapat nilai yang bagus di raport atau
ijazahnya, itu merupakan imbalan yang sesuai dengan usaha belajarnya. Ditambah lagi
kelak ia akan merasa bangga bila orang lain melihat nilai-nilainya yang luar
biasa. Kemudahan pun akan didapatnya karena ilmu pengetahuan yang didapat saat
belajar memuluskan jalan selanjutnya dalam kehidupannya.
Dengan niat memacu semangat anak belajar, sebagian orang tua
menjanjikan anaknya hadiah-hadiah apabila anaknya mendapat nilai yang bagus
saat ujian. Dengan kebiasaan ini, maka selanjutnya anak hanya akan belajar dengan
sungguh-sungguh apabila dijanjikan diberi hadiah. Anak akan menuntut imbalan
apabila ia mendapat rangking. Sebaliknya, ia akan bermalas-malasan apabila
tidak ada janji imbalannya.
Mental seperti inilah yang akan terbawa terus dalam
kehidupannya. Ia akan malas dan enggan melakukan sesuatu yang seharusnya jadi
bagian pekerjaannya. Sudah maklum adanya, semenjak dahulu banyak pekerja seringkali
terkena penyakit mental seperti ini. Kalau tidak dijanjikan imbalan dari orang
yang dilayaninya, maka ia akan berusaha mencari cara untuk tidak melayaninya.
Ada
perkataan/ motto popular bagi orang-orang seperti ini, yaitu : “Kalau bisa
dipersulit, mengapa harus dipermudah. Kalau bisa bayar, kenapa harus dibuat
gratis.”
Wani Piro???
-----
Komentar
Posting Komentar