By : Eman Namanya Pak Musa. Dia adalah seorang pengojek motor di Pasar Kancil tidak jauh dari rumahnya. Dia adalah seorang lelaki yang ramah dan taat beribadah. Dia terkenal akan kedermawanannya. Bahkan pernah terjadi cekcok dia dengan istrinya, dikarenakan seluruh hasil ngojek hari itu diserahkan pada seorang pengemis yang sedang kelaparan. Suatu waktu saat sedang menunggu penumpang , Pak Musa bertemu tetangganya, Pak Lukman. “Assalamu’alaikum, Pak Lukman”, sapanya dengan ramah. “Saya antar pulang ke rumah, Pak?” “Wa ‘alaikum salam”, jawab Pak Lukman singkat dan pergi tanpa memperdulikan tawaran Pak Musa. Pak Musa terheran-heran, karena tidak biasanya Pak Lukman bersikap begitu. “Memangnya kamu tidak tahu, ya?” ujar Pak Abbas, rekan sesama pengojek. “Tahu soal apa?” tanya Pak Musa. “Masak sebagai tetangga dekat, tidak tahu. Pak Lukman kan baru pulang dari berhaji. Sekarang dia tidak mau disapa kalau tidak ditambah haji didepan namanya. Minimal panggil dia Pak Haji, H-A-J-I, gitu.” “...
Isinya Campur-Campur, Tetapi Tetap Non-Kolestrol